Dalam Naungan Ukhuwah

Dalam Naungan Ukhuwah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Seperti biasa tulas-tulis kali ini…… eeettttttt…..?? ada yang lupa!! Apa? Masa ga tau? Oh iya iya pembukaan. Baik. Alhamdulillah, segal puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan banyak nikmat dan selalu memberikan perlindungan dan pengampunan,walaupun kita selalu berbuat dosa kepada-Nya. Tak lupa shalawat serta salam marilah kita curahlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. kpd kluarga,shabat,tabiin,tabiit dan kita umatnya sampai akhir zaman. Insya Allah. Aamiin.
            Nah, sekarang baru langsung ke tulas-tulis. Sebentar, sebelum ke tulas-tulis dimana wae. Kita sedikit cerita dulu nih ! jadi gini, Di saat Salman Al-Farisi merasakan sudah layak baginya untuk menyempurnakan separuh daripada agama, dia sudah siap untuk melamar seorang gadis solehah dari kaum Ansar, yang selalu meniti di bibir para pemuda di Kota Madinah.
Memperolehi cinta wanita solehah itu ibarat membelai cinta para bidadari di Syurga. Wanita solehah itu telah menambat hatinya untuk menuntun karya-karya indah bak lakaran pelangi, penuh warna dan cinta.
Beliau menjemput sahabat karibnya, Abu Darda’ sebagai teman bicaranya ketika bertemu keluarga wanita solehah itu.
“Subhanallah.. Alhamdulillah”
Terpancul kata-kata dari mulut Abu Darda’, tanda ta’ajub dan syukur di atas niat suci temannya itu. Dia begitu teruja kerana dapat membantu temannya dalam hal baik sebegini.Maka menujulah mereka ke rumah wanita solehah yang menjadi buah mulut para pemuda gagah perkasa di Kota Madinah.
“Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah saudara saya Salman al-Farisi. Allah Taala telah memuliakannya dengan Islam, dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya.Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah s.a.w, hingga Rasulullah menyebut beliau sebagai sebahagian daripada ahli bait-nya.
Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar puteri kalian untuk dipersuntingnya”, berkata Abu Darda’ kepada keluarga wanita tersebut. Susunan bahasanya cukup berlapik dan indah.“Menerima kalian berdua sebagai tetamu, sahabat Rasulullah yang mulia sudah menjadi penghormatan terbesar buat kami. Dan adalah kehormatan lebih besar bagi keluarga kami bermenantukan seorang sahabat Rasulullah S.A.W yang utama.
Akan tetapi hak untuk memberi kata putus tetap sepenuhnya berada di tangan anakanda puteri saya. Saya serahkan kepada puteri kami untuk memperhitungkannya” wali wanita solehah memberi isyarat ke arah hijab, di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
“Silakan tuan..” balas Abu Darda’.
Selepas beberapa minit berlalu, datanglah walinya memberi kata pemutus daripada sang puteri kesayangannya.
“Maafkan kami di atas apa yang saya akan katakan..”
“Kerana kalian tetamu terhormat kami, sahabat baginda s.a.w yang amat dicintainya. Kami hanya mengharap redha Allah bersama kita semua. Sebenarnya puteri saya telah menolak pinangan Salman.
Namun jika Abu Darda’ mempunyai hajat yang sama, puteri kami senang menerima pinangannya dengan penuh syukur” kata-kata wali wanita solehah itu tidak sedikit pun mengejutkan Salman al-Farisi malah menyambutnya dengan alunan tahmid yang tidak putus-putus.
“Allahu Akbar.. Maha Suci Allah telah memilih teman baik saya sebagai pengganti”dengan penuh rasa kebesaran Tuhan menyelinap roh cinta-Nya memenuhi jiwanya yang kerdil.
“Semua mahar dan nafkah yang telah ku persiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, teman baik ku dunia akhirat. Dan aku akan menjadi saksi pernikahan bersejarah kalian!” Air mata kasih dan syukur membening suasana redup di suatu petang itu.
            Subhanallah yaa, sangat baik sekali salman al-farisi. Walaupun iya ditolak oleh wanita yang mungkin iya sukai, tetapi ia tidak melakukan hal-hal yang tidak tidak. Seperti zama sekarang, jika cinta ditolak maka apapun akan bertindak. Tapi,ia tidak melakukan apapun melainkan hanya tetap kepada Allah swt.  Kelakuan salman ini sungguh luar biasa, ketika ia ditolak dan ketika siwanitanya hanya ingin ke temannya Abu darda’ lalu salman saking baiknya ia memberikan mahar dan nafkah yang telah ia siapkan lalu ia berikan kepada temannya itu.
            Nah, perlu ditekankan kembali. Apakah dizaman sekarang apakah ada ukhuwah yang sampai seperti itu?? Insya Allah ada yaa. karena Ukhuwah akan melahirkan akhlak yang mulia, di antaranya sikap ramah, cinta kasih, peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman dan sekaligus membantu mereka. Sehingga terwujudlah kehidupan yang aman, tenteram, dan harmonis tanpa adanya saling permusuhan dan kebencian.
Allah berfirman (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara.” (Al Hujurat: 10)
Rasulullah bersabda: اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kaum mukminin itu seperti satu anggota tubuh, jika salah satu anggota tubuh tersebut merasakan sakit, maka bagian tubuh yang lain juga akan merasakan sakitnya. Nabi bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَ اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syarat-Syarat Ukhuwah
Dalam menegakkan ukhuwah, hendaknya kita juga memperhatikan beberapa syarat berikut ini:
1. Hendaknya ukhuwah tersebut dilandasi oleh keikhlasan karena Allah dan dibangun di atas Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah .
2. Hendaknya ukhuwah tersebut diiringi dengan iman dan takwa.
3. Hendaknya ukhuwah itu dijalankan sesuai dengan bimbingan Islam yang benar.
            Ukhuwah zaman sekarang itu sudah menurun. Dari itsar(mendahulukan) hal itu tidak berlaku ketika beribadah. Ketika beribadah, seharusnya kita berlomba-lomba. Tapi, kebanyakan dari kita malah tidak mau-menau/ cuek. Maka dari itu, kita harus memperhatikan ukhuwah kita sesama muslim dan tidak terlalu mementingkan diri pribadi.           
Mungkin itu saja tulas tulis kali ini semoga ukhuwah kita semua dapat kita jaga sampai akhir hayat kita di bumi ini. Mulailah dari sekarang, detik ini, menit ini, jam ini, hari ini. Kalau bukan sekarang ya kapan lagi? Mau besok? Keburu di cabut tuh nyawa !! maka dari itu jgn terlalu mementingkan kpentingan pribadi apabila itu hanya akan membuatmu rugi.
            Hatur nuhun, syukran, terima kasih, thank you. Kebenaran hanya milik Allah dan kesalahan itu saya yang perbuat karna manusia tidak sepenuhnya sempurna.
Wallahu a’lam bissawab
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

-AP-

1 komentar:

Yudo Raharjo mengatakan...

Subhannallah, ketika cinta-Nya telah mengungkapkan segalanya dengan hamdalah dan jalan keridaanNya. Menepis segala cinta kepada lawan jenis demi kepeduliaan terhadap saudara...

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons