pandangan
yang ‘menggugurkan’ pahala
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan
waktu kepada saya untuk “tulas-tulis” lagi. Dan tak lupa shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad saw. kepada keluarga, sahabat, para tabiit tabiin dan
sampai kita umatnya sampai akhir zaman. Aamiin.
Pada Tulas-tulis kali ini sesuai
dengan judul, yaitu Pandangan yang ‘menggugurkan’ pahala. Pasti kalian
bertanya-tanya, mengapa menggugurkan pahala? Ga ada kerjaan banget gitu ya
hehehe, tapi tenang ini bukan ga ada kerjaan untuk menggugurkan pahala yang
sudah capek-capek kita kumpulkan selama ini. Sekarang akan diperjelas lagi,
pandangan yang dimaksud pada judul diatas yaitu pandangan yang dilakukan ketika
shalat. Pandangan tersebut mungkin sering kita ketahui yang dicontohkan oleh
Rasulullah yaitu pandangan yang menghadap / memandang terus tempat sujud kita.
Mungkin kita pernah melakukan
ketika shalat yaitu memejamkan mata, hati kita terasa sejuk, aman, tentram,
sejahtera, adil dan makmur (terlalu lebay hehehe). Mengapa bisa seperti itu?
KEPO?? Mengapa kita bisa seperti itu ? jadi gini, hal yang dilakukan itu ya
kita memejamkan mata, apakah rasulullah melakukan itu? Rasulullah tidak melakukan
itu, dan setanpun tidak perlu menggangu kita lagi karena hal yang kita kerjakan
dalam shalatpun sudah salah dan tidak sesuai dengan yang dilakukan Nabi saw.
dan rasulullah pernah memandang kelangit ketika shalat seperti dalam hadits : Dari
Ibnu Sirin, "Sesungguhnya Nabi SAW, pernah membalikkan pandangannya ke
langit, lalu turunlah ayat ini "... Dan orang-orang yang khusyu' dalam
sholatnya", lalu ia menundukkan kepalanya. (HR Ahmad dalam kitab Nasikh
dan Mansukh).
Melirik adalah salah satu cara
syetan untuk mencuri dan menggugurkan pahala yang telah kita kumpulkan dari
awal shalat. Seperti dalam hadits:
Tidak ada perselisihan di
kalangan para ulama tentang makruhnya menoleh ketika shalat, berdasarkan hadis
A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau bercerita: “Saya bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang menoleh ketika shalat, beliau menjawab:
‘Itu adalah colekan, setan mencolek shalatnya seorang hamba’.” (HR. Bukhari
751).
Tetapi ada juga yang membolehkan
kita melirik jika dibutuhkan sesuai dengan hadits : a. Hadis dari Jabir bin
Abdillah radhiallahu ‘anhuma, beliau bercerita: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sakit dan kami shalat di belakang beliau. Beliau
shalat dengan duduk, sementara Abu Bakar mengeraskan takbir beliau agar
didengar semua jamaah. Tiba-tiba beliau menoleh ke kami, dan beliau lihat kami
shalat dengan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami (untuk duduk)
dan kami pun duduk. Akhirnya kami menjadi makmum beliau sambil duduk. (HR.
Muslim no. 431)
Anjuran dan hal yang dilakukan
oleh rasulullah mengenai pandangan ketika shalat yaitu sesuai dengan hadits :
"Apabila Rasulullah saw sholat, maka
beliau menundukan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah" (HR Al
Baihaqi dan Hakim. Hadis ini disaksikan oleh sepuluh orang sahabat )
"Beliau melarang untuk mengarahkan
pandangan ke langit." (HR Bukhari dan Abu Daud)
"Hendaknya suatu kaum menghentikan
(mencegah) mengangkat (mengarahkan) pandangan mereka ke langit di dalam sholat
atau pandangan mereka itu tidak akan kembali lagi kepada mereka, (di dalam
sebuah riwayat dikatakan bahwa mata mereka disambar petir)." (HR Muslim,
Bukhari dan As Siraj)
"Apabila kamu sholat, maka janganlah
kamu menoleh, karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajahNya ke wajah hambaNya
di dalam sholatnya, selagi ia tidak menoleh." (HR Turmudzi dan Hakim)
"(Menoleh adalah) suatu curian yang
dicuri setan dari sholat seorang hamba." (HR Bukhari dan Abu Daud)
"Shalatlah seperti shalat orang yang
berpamitan, seakan - akan engkau melihatNya dan walaupun engkau tidak
melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (Al Mukhlis dalam Ahaditsi
Muntaqah, Thabrani, Rubani dan Dhiya' dalam Al Mukhtarah. Ibnu Majah, Ahmad dan
Ibnu Asakir dishahihkan oleh Haitani Al Faqih dalam Asna'l Mathalib)
"Tidak ada bagi seorangpun yang datang
kepadanya shalat wajib. lalu tidak memperbaiki wudhunya, khusyunya dan
ruku'nya, kecuali shalat itu akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah berlalu,
selama ia tidak melakukan dosa-dosa besar dan hal ini untuk setiap masa."
(HR Muslim)
"Rasulullah saw shalat dengan
mengenakan kain yang mempunyai tanda-tanda, kemudian beliau melihat kepada
tanda-tanda itu dengan sekali lihat. Tatkala beliau selesai dari shalatnya,
beliau bersabda, "pergilah dengan kainku ini kepada Abi Jahmin dan
bawahlah kepadaku pakaian (yang tebal yang tidak ada tandanya) milik Abi
Jahmin, karena sesungguhnya ia telah melupakan aku dari shalatku tadi."
(dan dalam sebuah riwayat dikatakan, "Sesungguhnya aku telah melihat kepada
tandanya waktu shalat hingga ia hampir mengujiku.")" (HR Bukhari,
Muslim dan Malih)
"'Aisyah ra mempunyai pakaian yang di
dalamnya terdapat lukisan yang terjurai ke sahwah (Rumah Kecil yang menurun ke
bumi dan sedikit menyerupai bilik dan lemari), sedangkan Nabi saw shalat dengan
menghadap kepadanya (kain itu). Kemudian beliau bersabda, "Keluarkan baju
itu daripadaku, karena lukisan itu senantiasa menghalang-halangi aku dalam
shalatku." (HR Bukhari, Muslim dan Abu 'Uwanah. Rasulullah saw tidak memerintahkan
untuk melepaskan gambar dan mengoyaknya, tetapi cukup menjauhkannya.)
"Tidaklah sah shalat orang yang
dihadapannya terdapat makanan dan tidak pula orang yang ingin buang
kotoran." (HR Bukhari dan Muslim. Hadis kedua oleh Ibnu Syaibah).
Sekian tulas-tulis kali ini dan kebenaran
hanya milik Allah dan kesalahan mutlak dari saya. Wallahu a’lam bishawab
Semoga bermanfaat
wassalamu’alaikum Wr. Wb
wassalamu’alaikum Wr. Wb
-AP-
0 komentar:
Posting Komentar