IBADAH fardu & sunnah
Hendaknya
engkau selalu menjalankan segala kewajiban, menjauhi setiap larangan serta
memperbanyak ibadah sunnah karena Allah semata. Jika itu semua sudah engkau
laksanakan, maka engkau akan mencapai tempat yang paling dekat disisi Allah dan
engkau pun akan diselimuti dengan selubung mahabbah oleh-Nya. Dengan demikian,
setiap diam dan gerakmu hanya karena-Nya, inilah selimut para waliyullah dan
khalifatullah (perwakilan Allah).
Allah
berfirman dalam hadits Qudsi :
Tidaklah
seseorang hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu amal yang lebih
Aku sukai daripada apa yang telah Kufardhukan kepada-Nya. Dan senantiasa
hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah hingga akhirnya Aku
mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang
ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya, tangannya yang
ia memegang dengannya, dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Jika ia
meminta kepada-Ku, niscaya akan Kuberi. Jika ia berlindung kepada-Ku, niscaya
akan Kulindungi. Dan Aku tidak pernah ragu dalam sesuatu yang Aku lakukan
seperti ragu-ku dalam mencabut nyawa hamba-Ku yang mukmin. Ia tidak menyukai
mati, sedangkan Aku tidak menyukai perbuatan buruknya. Dan bagaimanapun ia
harus mati.” (Hr. Bukhari dari Abu Hurairah)
Menuntut
Ilmu
Ketahuilah,
bahwa engkau tak akan dapat menjalankan ketaatan yang difardhukan Allah,
menjauhi kemaksiatan yang diharamkan Allah, apalagi ibadah sunnah yang
berfungsi mendekatkan diri kepada Allah, kecuali dengan ilmu. Karena itu
tuntutlah ilmu !
Ini sesuai
dengan sabda Rasulullah Saw. : “Menuntut ilmu itu wajib atas semua orang
Islam.” (Hr. Baihaqi dari Anas)
Dengan ilmu
engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram. Dengan ilmu itu
pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah,
serta mengetahui bagaimana cara menjauhi keharaman.
Karena
begitu besar peranan ilmu, maka diwajibkan menuntut dan mengamalkannya. Dengan
mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat.
Ketahuilah,
orang yang beribadah tanpa ilmu akan menimbulkan bermacam-macam bahaya yang
akan menimpa dirinya sendiri, dan bahayanya jauh lebih besar dari manfaatnya.
Berapa banyak orang yang bersusah payah dalam beribadah, tetapi tidak
mendapatkan pahala karena ibadahnya tidak didasari dengan ilmu. Bahkan ia masih
tetap melakukan maksiat, sebab ia menganggap itu adalah perbuatan taat atau
bukan maksiat.
Ulama yang
makrifatullah, Muhammad bin ‘Arabiy, dalam kitabnya Al-Futuhat pada bagian
Al-Washaya, bercerita : “Bahwa ada seorang laki-laki dari Maghrib tekun
beribadah, suatu hari ia membeli keledai betina. Tetapi keledai itu tidak
digunakan untuk bekerja dan lain sebagainya. Lalu datanglah seseorang bertanya
kepadanya, “Mengapa engkau tidak menggunakan keledaimu untuk bekerja?”. “Karena
aku hanya menggunakannya untuk memelihara kemaluanku”, jawab laki-laki itu.
Sesungguhnya
laki-laki itu tidak mengetahui bahwa berhubungan seksual dengan binatang itu
haram. Ketika ia mengetahui keharamannya, ia pun menangis tersedu-sedu. Itulah
akibat dari seseorang yang hanya selalu beribadah tanpa didasari ilmu.
Ilmu yang
wajib dituntut oleh setiap muslim. Yaitu ilmu yang menjelaskan tentang
ketentuan yang diwajibkan oleh Allah Swt. Dan keharaman yang diharamkan-Nya.
Hendaklah
engkau selalu menjalankan kewajiban sesuai dengan tata caranya. Tidak wajib
mengetahui sesuatu, kecuali ketika hendak melaksanakan sesuatu tersebut,
seperti orang yang akil baligh di bulan Muharram, wajib baginya segera
mengetahui makna dua kalimat syahadat serta mengucapkannya. Dan wajib pula
mempelajari syarat, rukun dan hukum shalat lima waktu.
Wajib bagi
orang yang baligh mengetahui kewajiban ainiyah seperti kewajiban berpuasa,
zakat, haji dan lain-lain. Serta wajib baginya mengetahui sesuatu yang telah
diharamkan oleh syariat, seperti berzina, meminum minuman keras, mengambil
harta orang lain dan lain sebagainya.
Tetapi
tidak wajib mengetahui tata cara berpuasa dan haji, kecuali ketika sudah datang
bulan Ramadhan dan Dzulhijjah. Tidak wajib mengetahui tata cara zakat, kecuali
ia memiliki harta yang wajib dizakati, sudah satu nishab, dan telah tiba waktu
pengeluarannya.
Haram dan
wajib sudah diketahui dengan jelas oleh sebagian kaum muslimin. Tetapi,
mengetahui hukumnya jauh lebih penting. Belajar dan menerima hukum tidak sah
kecuali belajar dan menerima dari orang alim yang beragama Islam dan bertakwa
kepada Allah Swt.
Orang-orang
awam adakalanya salah dan kadang-kadang benar. Oleh karena itu, jangan kau
ikuti mereka. Yang patut engkau jadikan suri tauladan hanyalah ulamaul amilin,
yang keberadaannya sangat langka.
Untuk
menghasilkan ilmu yang diwajibkan itu Umat Islam tak menyita waktu yang lama
dan memaksakan diri. Pelajar yang mampu menuntut ilmu cukup duduk dengan orang
alim, satu atau dua jam saja, ini sesuai dengan yang diterangkan dalam hadits :
“Seorang Badui mendatangi Rasulullah saw. Yang sedang berpidato di podium, ia
memohon agar diberi pelajaran yang telah Allah berikan kepada beliau. Lalu
beliau turun dari podium untuk mengajarinya, kemudian beliau naik ke podium
lagi untuk menyempurnakan pidato beliau.” (Al-Hadits)
Secara
keseluruhan, barang siapa ingin selamat dan sukses, maka wajib baginya untuk
tidak mempelajari dan mengajarkan sesuatu sebelum ia mengetahui hukum-hukum Allah,
yang wajib, sunnah, mubah dan haram. Karena segala sesuatunya tak akan lepas
dari keempat hukum tersebut, kecuali bila masih diragukan maka dihukumi
Syubhat.
Secara umum
criteria mukmin terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
Mukmin
Awam, ialah orang yang masih sempat meninggalkan kewajiban dan melaksanakan
hal-hal yang haram dan lebih mementingkan hal-hal yang mubah daripada yang
sunnah. Mereka sebaiknya bertaubat dan beristighfar.
Mukmin
khusus, ialah orang yang menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya, senang beribadah sunnah dan membatasi diri dari hal-hal yang
mubah. Itupun ia jalankan semata-mata hanya sebagai perantara untuk mengerjakan
beberapa perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (Sumber terjemah
Risalatul Muawanah Hal 81-86)
1 komentar:
Menuntut Ilmu itu memang sangat penting untuk perbaikan ibadah yang kita lakukan, karena kita sering ragu akan ibadah yang kita lakukan karena kurangnya ilmu yang kita miliki akan hal itu.
Posting Komentar