Kerajaan Majapahit merupakan suatu kerajaan besar yang disegani oleh banyak
negara asing dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh ke luar wilayah
Indonesia.
1. Sumber Sejarah
Sumber informasi mengenai berdiri dan berkembangnya Kerajaan Majapahit
berasal dari berbagai sumber yakni:
- Prasasti Butak (1294 M). Prasasti ini dikeluarkan
oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini
memuat peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya
untuk mendirikan Kerajaan.
- Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama.
Kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari
Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
- Kitab Pararaton, menceritakan tentang
pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
- Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang
perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
2. Aspek Kehidupan Politik
Raja Kertarajasa Jayawardhana
Raja Kertanegara wafat pada tahun 1291 M, ketika Keraton Singasari saat itu
diserbu secara mendadak oleh Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dalam
serangan itu Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil meloloskan diri dan
lari ke Madura untuk meminta perlindungan dari Bupati Arya Wiraraja. Atas
bantuan dari Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya diterima dan diampuni oleh
Jayakatwang dan diberikan sebidang tanah di Tarik. Daerah itu kemudian dibangun
kembali menjadi sebuah perkampungan dan digunakan oleh Raden Wijaya untuk
mempersiapkan diri dan menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu mengadakan
serangan balasan terhadap Kediri.
Kedatangan serangan Cina-Mongol yang ingin menaklukan Kertanegara, tidak
disia-siakan oleh Raden Wijaya untuk menyerang Raja Jayakatwang (Raja Kediri).
Raden Wijaya berhasil menipu pasukan-pasukan Cina, sehingga tentara Cina
rela bergabung dengan pasukan Raden Wijaya dan menyerang Raja Jayakatwang. Raja
Jayakatwang dapat dikalahkan dan Kerajaan Kediri dapat dihancurkan.
Kemenangan dari serangan ini membuat tentara Cina-Mongol bergembira dan
merayakan pesta kemenangannya. Namun, bagi Raden Wijaya kemenangan ini harus
berada di pihaknya. Raden Wijaya kemudian memutuskan untuk menyerang balik
tentara-tentara Cina-Mongol yang sedang pesta pora. Serangan yang tiba-tiba dan
tak diduga yang dilakukan oleh pasukan Raden Wijaya ini membuat tentara
Cina-Mongol menjadi kalang kabut. Banyak yang terbunuh. Yang selamat melarikan
diri dan kembali ke daratan Cina. Akhirnya, di Jawa hanya tinggal satu kekuatan,
yaitu kekuatan dari pasukan Raden Wijaya.
Dengan lenyapnya pasukan Cina-Mongol, pada tahun 1292 M Kerajaan Majapahit
sudah dapat dianggap berdiri, walaupun secara resmi sistem pemerintahan
Kerajaan majapahit baru berjalan setahun kemudian, yaitu ketika Raden Wijaya
menjadi Raja Majapahit yang pertama dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. raden
Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana,
Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya pernah
terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman
seperjuangan Raden Wijaya seperti Sora, Ranggalawe, dan Nambi.
Pemberontakan-pemberontakan itu diakibatkan karena rasa tidak puas atas
jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi,
pemberontakan-pemberontakan itu akhirnya dapat dipadamkan.
Raden Wijaya wafat tahun 1309 M dan dimakamkan dalam dua tempat, yaitu
dalam bentuk Jina (Budha) di Antapura dan dalam bentuk Wisnu dan Siwa di Candi
Simping (dekat Blitar).
Raja Jayanegara
Raja Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet.
Putra ini diangkat menjadi Raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara pada
tahun 1309 M.
Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan
Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatumasa yang
suram di dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu
datang dari Juru Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti
(1319 M).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan hampir
meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke desa
Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan bayangkara (pengawal pribadi raja)
di bawah pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di desa Bedander
maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan
bahkan sangat benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat
untuk melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat yang jitu
dari Gajah Mada, Kuti dan kawan-kawannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke Istana dan menduduki tahta Kerajaan
Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung diangkat
menjadi patih di kahuripan (1319-1321), tidak lama kemudian diangkat menjadi
patih di Kediri (1322-1330).
Ratu Tribhuwanatunggadewi
Raja Jayanegara meninggal dengan tidak meninggalkan seorang putra mahkota.
Tahta Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang
masih hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan
diserahkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi. ia menjadi ratu atas
nama atau mewakili ibunya, Gayatri.
Tribhuwanatunggadewi memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1328-1350 M.
pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). pimpinan
pemberontak tidak diketahui. Nama Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang
terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada
dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Mangkubhumi
Majapahit menggantikan Arya Tadah. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat
pemerintahan tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan
politik pemerintahan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk
Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari perkawinan Tribhuwanatunggadewi dengan
Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai pandangan luas.
Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak mengalami kesamaan dengan politik Gajah
Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara berada di bawah panji Kerajaan
Majapahit.
Hayam Wuruk memerintah Kerajaan Majapahit dari tahun 1350-1389 M. Pada masa
pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama Kerajaan
majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut
sebagai kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan Politik Persatuan Nusantara.
Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan peristiwa
pahit yang dikenal dengan Peristiwa Sunda (Peristiwa Bubat). Peristiwa Sunda
terjadi tahun 1351 M, berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri
dari Pajajaran, Dyah Pitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri
Baduga beserta putri dan pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di
lapangan Bubat dekat pintu gerbang Majapahit.
Selanjutnya timbul perselisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan Laskar
Pajajaran, karena Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar Pajajaran
mau mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan putri Dyah Pitaloka
sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak
dapat diterima oleh Pajajaran karena dianggap merendahkan derajat. Akhirnya
pecah pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Sri baduga dengan putrinya dan
seluruh pengikutnya di Lapangan Bubat.
Akibat peristiwa itu, politik Gajah Mada mengalami kegagalan, karena dengan
adanya peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah Kerajaan
Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari
Kerajaan Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam Wuruk kehilangan pegangan
dan orang yang sangat diandalkan di dalam memerintah kerajaan. Wafatnya Gajah
Mada dapat dikatakan sebagai detik-detik awal dari keruntuhan Kerajaan
Majapahit. Setelah Gajah Mada wafat, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan
Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak satu
orang pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah
empat orang menteri di bawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung
lama. Keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang menteri, yaitu
Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk
mengangkat Gajah Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah
Mada.
Keadaan Kerajaan Majapahit seakan-akan semakin bertambah suram, sehubungan
dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Raja Hayam Wuruk) tahun 1379 M.
Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pembantu yang cakap. Kemunduran
Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389
M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.
Sumpah Palapa
Pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi terjadi pemberontakan yang
dikenal dengan nama pemberontakan Sadeng. Pada waktu itu yang menjadi perdana
menteri adalah Arya Tadah. Karena terganggu kesehatannya, Arya Tadah
mengusulkan agar Gajah Mada diangkat menjadi Panglima Majapahit.
Usul Arya Tadah itu diterima oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi dan selanjutnya
Gajah Mada diangkat menjadi pemimpin pasukan Kerajaan Majapahit untuk
memadamkan pemberontakan Sadeng. Namun ketika Gajah Mada sedang membicarakan
siasat perang ia mendapat rintangan dari seorang menteri kerajaan yang bernama
Ra Kembar (pihak golongan Dharmaputra). Gajah Mada tidak menghiraukan rintangan
itu dan atas bantuan dari pasukan Melayu yang dipimpin oleh Adityawarman,
pemberontakan sadeng dapat dipadamkan.
Sebagai penghargaan atas jasanya itu, pada tahun 1331 M Gajah Mada diangkat
menjadi Mangkubumi Majapahit. Ia menggantikan kedudukan Arya Tadah.
Saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya dengan nama
Sumpah Palapa (lengkapnya Tan Amukti Palapa) yang menyatakan Gajah Mada tidak
akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil dipersatukan di bawah panji
Kerajaan Majapahit.
Untuk mencapai Persatuan Nusantara, berbagai macam cara dilakukan Gajah
Mada. Bahkan selama hidupnya, Gajah Mada selalu mencurahkan segala kemampuan
yang dimilikinya untuk mencapai tujuannya itu. Cita-cita yang dijalankannya
begitu tegas itu menimbulkan peristiwa yang sangat pahit, yaitu Peristiwa Bubat
atau Peristiwa Sunda.
Gajah Mada wafat tahun 1364 M. Dengan wafatnya Gajah Mada, Kerajaan
Majapahit kehilangan seorang yang sangat diandalkan dan sulit dicarikan
gantinya.
3. Kemunduran Kerajaan Majapahit
Setelah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, keadaan Kerajaan Majapahit mengalami
masa kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya yang bernama Wikrama
Wardhana (1389-1429 M) suami dari Kusumawardhani (putri yang terlahir dari
permaisuri). Namun, Hayam Wuruk juga mempunyai seorang anak laki-laki yang
dilahirkan dari selir, bernama Wirabhumi. Ia diberi daerah kekuasaan di ujung
timur Pulau Jawa yang bernama daerah Blambangan. Pada mulanya hubungan antara
Wikrama Wardhana dan Wirabhumi berjalan dengan baik. Wirabhumi tetap mengakui
kekuasaan pemerintahan pusat. Sekitar tahun 1400 M hubungan itu mulai retak
sehingga mengakibatkan Perang Paregreg (1401-1406 M).
Meletusnya Perang Paregreg disebabkan Wirabhumi tidak puas dengan
pengangkatan Suhita menjadi raja menggantikan Wikrama Wardhana. Dalam perang
Paregreg itu, Wirabhumi berhasil dikalahkan (peristiwa ini menjadi dasar cerita
Damarwulan-Minakjinggo).
4. Kehidupan Ekonomi
Majapahit selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan
asing, seperti Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa, dan Kamboja. Hal itu
terbukti sekitar tahun 1370-1381 Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan
persahabatan ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti
Ming.
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan negara tetangga itu sangat
penting artinya bagi Kerajaan Majapahit. Khususnya dalam bidang perekonomian
(pelayaran dan perdagangan) karena wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit terdiri
atas pulau dan daerah kepulauan serta sebagai sumber barang dagangan yang
sangat laku di pasaran pada saat itu. Barang dagangan yang dipasarkan antara
lain beras, lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas dan
kayu cendana.
Dalam dunia perdagangan Kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang sangat
penting, yaitu sebagai kerajaan produsen dan sebagai kerajaan perantara.
5. Kehidupan Budaya
Bukti-bukti perkembangan kebudayaan di Kerajaan Majapahit dapat diketahui
melalui peninggalan-peninggalan berikut.
Candi
Antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan Surawana (Pare,
Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi Sumberjati (blitar), Candi Tikus
(Trowulan), dan bangunan-bangunan purba lainnya yang terdapat di daerah
Trowulan.
Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit awal di antaranya:
- Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca (tahun
1365).
- Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular.
- Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
- Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya.
0 komentar:
Posting Komentar